Monday, February 22, 2016

Senyummu Lebih Memabukkan

Engkau balas pagiku dengan kecup mesra, bahkan kecupmu mendahului embun yang memeluk daun. Aku belum mengenal jelas siapa kamu, yang aku tahu pelukanmu lebih menghangatkan daripada secangkir kopi yang biasa aku rasakan. "Siapa kamu?" tanyaku.

Engkau tersenyum, tak ada kata yang untuk membalas kata-kataku. Aku semakin bingung, pikiranku linglung. Aku mencoba berdiri tapi badanku terasa limbung. Kenapa lagi aku, apa semalam aku mabuk lagi?

Engkau kemudian berdiri menghampiriku setelah merapikan rambutmu di depan cermin yang biasa aku gunakan pula untuk bertanya tentang diriku. Engkau bilang aku mabuk. Tetapi bukan mabuk karena minuman yang memabukkan.

Ya, memang semenjak mengenalmu aku berjanji tak lagi meneguk alkohol. Tapi kenapa pagi ini aku merasakan mabuk yang sama. aku mulai menelaah kenapa aku seperti ini. Engkau masih tersenyum, dan tersenyum lagi. Semakin lama engkau tersenyum semakin merenggut kesadaranku, ternyata aku mengerti senyumanmu yang membuatku begini, memabukkanku bahkan separah ini dan akhirnya aku ambruk di pelukan yang teramat nyaman.

No comments:

Post a Comment