Sunday, August 30, 2015

SKYLINE Part 1

Linda – gadis tomboy berdarah Cina-Jawa, terlahir di kota Jogjakarta dan besar di Jakarta. Meski sekilas terlihat jutek, sombong namun sebenarnya dia baik. Dia begitu care kepada teman-temannya. Di usianya yang hampir berkepala tiga, ternyata masih ada kekalutan dalam hatinya. Apalagi kalau bukan tentang jodoh. Kapan menikah, terkadang itu menjadi pertanyaan yang lebih sulit untuk ia temukan jawabannya daripada soal-soal Ujian Semester kuliahnya. Bukan tak ada pria yang mau dengannya, namun hatinya masih tertaut pada cinta pertamanya, Andra yang sekarang entah berada dimana. Kalau bukan tentang sebuah janji, tak mungkin Linda menanti. Sewindu lamanya.
            Aldo – cowok ganteng berbadan tegap, kulit putih berdarah Manado . Badannya memang sangat atletis, perut sixpack membuat wanita yang menatapnya terhipnotis. Tapi anehnya hatinya tak pernah tertarik sama makhluk bernama wanita. Meskipun di depannya berdiri wanita paling cantik, tak sedikitpun matanya melirik. Ah sepertinya dunia memang sudah terbalik.
            Egy – pria berkulit sawo matang berdarah Bali. Mengadu nasib di Ibukota, mencoba mengais rejeki dan melanjutkan study. Bisa dibilang pria playboy. Entah sudah berapa banyak wanita yang dipacarinya, namun selalu saja tak bertahan lama, kalaupun bertahan tiga bulan itu sudah luar biasa.
            Natha – cowok unik berkacamata, berdarah jawa. Di otaknya selalu di penuhi bahasa-bahasa sastra. Senyumnya manis, ditambah pula lesung pipit yang selalu menghiasi sudut pipinya. Bagaimana wanita tak tergila-gila, sudah pandai, manis, dan suka akan sastra pasti akan menjadi cowok romantis. Namun bagi Natha, tujuan pertamanya di Jakarta untuk melanjutkan kuliahnya. Ini membuat sikapnya kadang terlihat dingin, cuek, bila ada gadis-gadis yang ingin mencoba dekat denganya. Baginya jodoh akan datang tepat pada waktunya. Karena Tuhan sudah merancangnya.
            Riana, berdarah Betawi. Rambut hitamnya selalu terurai. Hanya sekedar jepit rambut bermotif warna-warni yang menjadi hiasan kelapanya. Bisa dibilang dialah gadis paling cantik di kampusnya. Bahkan banyak cowok-cowok yang menyebutnya seperti Putri yang sedang terasingkan dari negerinya, seperti dongen Cinderella yang diasingkan ibu dan saudara tirinya.
            Bagi mereka berlima, persahabatan tak pernah mengenal perbedaan agama, suku bahkan orientasi seksual seperti pada Aldo. Mereka sudah menjadi seperti tubuh. Dimana ketika satu sahabatnya mendapat celaan atau hinaan, tersakiti maka yang lain akan ikut merasakan jua. Mereka saling melengkapi. Bagaiamana Linda yang sok jutek, tapi selalu care dengan sahabat-sahabatnya. Aldo pria yang penuh dengan kelembutan hati. Egy yang selalu menjadi simbol kekuatan mereka, pria paling tangguh bila dibanding dengan Aldo dan Natha. Sedang Natha sendiri, sosok paling genius di antara mereka. Seumpama tubuh, Natha adalah otaknya. Dan Riana, gadis cantik ini selalu tampil modis, dan humoris. Selalu menghadirkan tawa di antara mereka. Inilah tentang mereka, tentang perjuangan dan persahabatan, tanpa melihat pada perbedaan. Bagi mereka bumi yang dipijak adalah sama, di bawah naungan atap yang sama pula. Langit Ibukota.
“Panas sekali hari ini, capek gue harus bolak-balik antara Rawamangun dan Salemba” tutur Egy sambil menyerobot minuman segar di tangan Aldo.
“ihhh Egy mah gitu, itu minuman aku” Aldo tampak cemberut.
“ Cie..cie, jadi sekarang ceweknya anak Salemba nih, cewek yang keberapa Gy”, ejek Riana.
“Baru PDKT, hahaha makanya harus bela-belain anter jemput, biar dia melihat perjuangan gue, hahaha, kalau sudah jadian, ntar suruh berangkat sendiri, hahahaha,” Jawab Egy sekenanya. Sifat Playboy tak pernah lepas darinya.
“ Egy, balikin  minuman aku,” Aldo yang keliatan manja jelas berbeda sekali dengan badannya yang tampak begitu kekar. Karena dia selalu menjaga penampilannya. Fitness tak pernah absen setiap minggunya. Untuk menarik cowok-cowok katanya.
“ Aihhh si manja ini ya, sok-sokan pasang muka imut, nanti gue ganti, apa mau dianter ke warung, sini pangeran gendong”. Jawab Egy. Dia tak pernah malu mengantar Aldo kemana saja. Meski terkadang banyak orang-orang melihat janggal pada mereka. Aldo yang sedikit genit dan manja sebagai cowok, Egy yang jelas-jelas bertampang maskulin dan playboy. Banyak orang menyangka bahkan ada yang pernah menghina Egy juga pecinta sesama jenis pula. Pernah Aldo meminta Egy agak menjauh darinya. Namun bagi Egy, biarlah orang berbicara seperti apa. Tapi yang tau cerita sebenarnya hanya mereka.
“Mana Linda dan Natha, kok kagak ngumpul sama kalian?” Tanya Egy.
“Ituuuuu di perpustakaan, tau sendirikan buka tak pernah lepas dari tangan Natha. Sudah kehabisan bacaan katanya. Makanya mau minjem lagi”. Jawab Aldo dengan bibir di monyong-monyongin. Berbeda sekali ketika dia berjalan sendiri. Dia keliatan maskulin, namun ketika sudah berkumpul sama sahabat-sahabatnya ini, nampak sekali sifatnya yang feminim.
“ Aihh gak ngebul apa tuh otak, seminggu satu buku dengan tebal ratusan halaman, lama-lama cepat nanti cepat beruban, hahahaha”. Gelegar tawa Egy.
“ Emang lo gy, katanya ke Jakarta, otaknya cuma pacaran mlulu, kasian noh orang tua kamu, dia kan ingin kamu kuliah bener”. Jawab Riana.
“Siap tuan putri, untuk saat ini pangeran masih sibuk mengejar cinta, nanti kalau ujian, saya akan rajin belajar, serahkan semua pada Natha, hahahaha.” Tukas Egy.
“ Dasar ini anak,” Riana menjawab dan kemudian mereka bertiga tertawa bersama-sama.
            Linda dan Natha keluar dari perpustakaan.  Tiga buku sekaligus yang digendong di tangannya. Sedang Linda sibuk membalas beberapa chat dihpnya. Meskipun begitu mereka berdua tetap ngobrol. Gadget bukan prioritas bagi mereka ketika bersama. Bahkan ketika sedang bersama-sama. Mereka akan menyembunyikan hp di tas mereka. Kebersamaan seperti itu yang kelak akan mereka rindukan. Ketika mereka sudah tak bisa berkumpul bersama sebagai anak kuliahan. Sibuk dengan pekerjaan. Tapi itu adalah masa depan. Tak ada manusia yang tahu akan rancangan Tuhan.
“Nat, kapan-kapan temenin aku ke Bandung yuk, aku mau tau keberadaan Andra”. Linda menarik lengan Natha.
“ Apaan sih Lin, sudah delapan tahun dia meninggalkanmu. Lagian apa kamu tahu tempatnya Andra. Linda sudah lupakan, sekarang fokus tatap masa depan, Usia kamu sudah di atas kami semua, mau sampai kapan?”
“ Tapi nat, kita berdua pernah berjanji, akan menua bersama. Kamu gak tau nat, dialah sosok pria yang selalu aku hadirkan dalam doa-doaku di Gereja. Bukan padanya saja. Bahkan aku sudah berjanji pada Tuhan. Akan setia padanya, menanti kehadirannya. Membawaku ka altar suci, dan kami akan mengikrarkan janji sehidup semati”.
“Sudah Lin, aku mau ke mushola dulu ya, kamu mau menantiku atau bergabung sama anak-anak duluan di kantin. Aku sudah capek Lin merubah pola pikirmu. Nanti libur semester saja, kita bersama-sama ke Bandung. Tapi kita akan mencari kemana? Langit ini begitu luas Linda, di Bumi mana kakinya berdiri, apakah kau tau?” Nanti aku yang memikirkan cara bicara kepada anak-anak. Jangan bilang kamu mencari Andra. Pasti mereka takkan pernah suka. Bilang saja kita berlibur.”
“ Iya Nat, thanks. Kamu memang paling dewasa diantara kita, ayuk aku antar ke mushola. Aku tunggu di luar nanti.
            Keduanya berjalan menapaki lorong kampus menuju mushola. Kaki-kaki tangga setia menjadi pijakan mereka. Begitu setianya Linda menunggui Natha yang sedang menjalankan sholat di Mushola. Begitupun sebaliknya ketika Aldo dan Linda ke Gereja, tak jarang Egy, Natha, dan Riana mengantarkan mereka, menunggui depan gereja tanpa rasa bosan. Sudah satu tahun lamanya mereka seperti itu. Hanya Egy, yang jarang mengunjungi tempat beribadah. Karena katanya susah menemukan Pura di Jakarta. Tapi mereka janji suatu saat akan bersama-sama mengantarkan Egy. Belum tahu waktunya, Cuma mereka akan menyisihkan sebagian uang saku mereka Mereka akan mengunjungi rumah Egy di Bali. Sekalian untuk berlibur dan menepati janji. Sungguh sebuah persahabatan yang mungkin akan terlihat janggal bagi sebagian orang. Namun mereka menjalaninya dengan ketulusan hati.

Friday, August 28, 2015

Secangkir Kopi

(Maaf gambar hanya ilustrasi. Jangan berharap terlalu tinggi)

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat pagi sobat semua. Bagaiamana kabar anda di Sabtu pagi ini. semoga menjadi weekend yang menyenangkan ya. Bukan Sabtu Yang Tak Dirindukan (duh efek lama ngejomblo nih). Hari ini saya sudah menyiapkan kaca mata hitam takut silau melihat orang-orang yang sibuk pacaran. Hahahaha. Juga sudah menyiapkan sunblock agar hati ini tak panas terpapar radiasi kasih sayang dari para makhluk yang sedang bertebaran. Duhhhhhh.
            Ngomong apa sih gue pagi ini, apa karena bangun tidur belum ngopi, sehingga otak masih ketinggalan di alam mimpi. Hahahaha. Jadi ngelantur sana-sini. Oh iya tentang berbicara tentang ngopi ini seperti status BBM teman saya kemarin yang sok puitis sebut saja inisialnya Chandro Aritonang (apakah ini yang disebut inisial, sudah jangan kau tanyakan) kemudian nyanyi, dan tembok-tembok kamar ikut menari. Lohhh saya mau berbicara apa ini ?
“pagi selalu identik dengan kopi, kenapa? Karena kopi menawarkan dua rasa manis dan pahit. Seperti kita mengawali hari. Selalu dihadapkan pada pilihan mana yang akan kita jalani.” (sok-sokan ye bahasanya) padahal saya juga belum tentu bisa menulis kata-kata seperti ini. biasa masih pagi. Mending menarik  selimut kembali. Melanjutkan terbuai oleh alam mimpi. Barang kali ada sosok pujaan hati yang singgah menyapa diri. Duh ngelantur lagi? Dasar jomblo aku menghina diriku sendiri. Hahahahah.
            Entahlah mulut ini kenapa ya suka sekali berkomentar aku timpali saja statusnya. “Bukankah masih ada teh ? Kata dia teh juga menawarkan dua rasa. Duh ini bahasa sastra kata dia (iye sang pujangga) hahahahahaha. Pagi identik dengan kopi, Tapi kenapa dokter menyarankan kita memilih air putih. Karena air putih lebih sehat. (sok pinter ye gue). “Jangan gabungkan bahasa sastra dengan bahasa kedokteran sob” katanya.
            Lah bukankah selalu ada korelasi dalam hidup ini, termasuk itu kopi (gue berkilah, mencari pembenaran dengan gaya gue yang sok-sokan pinter, hahaha padahal mah boro-boro. Otak aja entah ketinggalan dimana). Kalau bahasa sastraku mungkin aku akan bicara begini “ Pagi identik dengan kopi karena kopi menawarkan dua rasa, pahit atau manis. Seperti halnya hari yang akan kita jalani. Selalu dihadapkan pada dua pilihan. Namun aku lebih memilih air putih saja, kenapa? (sok banget guenya).
            Karena air putih itu tawar/netral. Bagiku ini melambangkan sosok manusia yang mpenuh dengan keikhlasan. (halo nanang, kamu masih mimpi, Apa yang kamu bicarakan?). Sudah diam. Jawabku pada hatiku sendiri yang selalu iri melihat kepandaian otakku. Hahahaha hoammmmmss.
            Dengan mengikhlaskan diri kita. Menyandarkan segalanya pada Sang Pencipta. Tentunya tetap dengan diiringi dengan berusaha. Apapun yang akan kita dapat nantinya, pahit atau manis, bahkan masih ada rasa lain asin, asam yang mungkin kita rasakan. Tapi ketika hati kita sudah mampu mengihklaskan tentunya kita akan mampu menerima itu semua dengan lapang dada. Iyekan? Betul gak ?. kalaupun kita dapat manis. Disyukuri, dapat pahit ya alhamdulillah syukur-syukur dapat juice mangga manis atau sedikit asampun tak mengapa. Halahhhhh.
            Namun ketika kita memilih manis, bagaimana bila hal itu tak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ternyata kenyataan pahit yang harus kita terima. (Itumah derita loe, jangan bawa-bawa gue hahaha) mungkin hati kita akan sedikit timbul kecewa. Bahkan bila tak mampu melapangkan dada seluas samudra (duh kek apa ya hati seluas samudra, gue seluas lapangan bola aja deh gak berharap lebih karena gue bukan orang baik, titik).
            Nah bagaimana dengan para sobatku pagi ini. sudah menentukan pilihannya pagi ini belum untuk menjalani hari. Apakah memilih manis (kayak wajah gue ini), atau pahit (kayak siapa ya, kayak gue juga, trus salah gue gitu) eh kagak nyambung lagi. Siapkan pilihan sobat pagi ini ya. Namun tetap selalu hadirkan planing yang lain, karena ada pepatah hidup bukan hanya “A atau B tapi masih ada C”. jangan terpaku pada dua pilihan saja ya mblo, banyak gadis kok di luar sana (halahhhhh ngawur lagi). Selamat  menjalani hari sobat. Semoga sabtu ini membawa keberkahan untuk kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Selamat Pagi dan tenang mblo, sabtu tak seseram yang anda bayangkan kok.

Thursday, August 27, 2015

Teraztee Biopray


Teraztee Bio Spray launching pada Bulan Maret 2015 dengan kandungan air ion perak, Sari air mawar dan tambahan baru yaitu serum vitamin C, kemasan 100 ml yang lebih elegant dan exclusive dan sudah mempunyai ijin BPOM juga, dengan launchingnya Teraztee Bio Spray maka Cosake Bio Spray sudah tidak di produksi lagi, jadi produk MSI Bio Spray yang saat ini beredar adalah Teraztee Bio Spray saja.

Manfaat Teraztee Bio Spray – MSI Bio Spray

  • Membantu mengatasi jerawat membandel
  • Mengatasi kulit kering/gersang
  • Mengurangi Flek-Flek Hitam pada wajah
  • Membantu mengatasi kerutan di wajah
  • Melindungi wajah dari paparan langsung sinar matahari
  • Membantu mengatasi kulit berminyak  di wajah
  • Mengecilkan pori-pori wajah
  • Sangat baik untuk untuk organ intim wanita
  • Membantu mengatasi Keputihan
  • Mencegah Radikal Bebas sehingga penuaan pada kulit dapat diperlambat
  • Mencerahkan warna Kulit

Kandungan Teraztee Bio Spray – MSI Bio Spray:

  • Air Ion Perak
  • Air penyulingan Bunga Mawar
  • Serum Vitamin C

AIR MAWAR

Manfaat air Bunga Mawar dari kandungan Teraztee Bio Spray
  • Manfaat dari Vitamin air bunga mawar
Air mawar diambil dari kelopak bunga mawar yang mengandung banyak vitamin antara lain Vitamin A, B3, C, D dan E. Selain itu falvanoid (antioksidan), tanin dan Zinc juga sering ditemukan dalam air mawar yang merupakan kandungan cosake bio spray
Semua kandungan tersebut berfungsi untuk memperbaiki tekstur dan kesehatan kulit secara menyeluruh.

  • Manfaat Air mawar untuk Perawatan Kulit
Air mawar banyak digunakan untuk perawatan kulit karena aman dan cukup lembut, untuk semua jenis kulit, air mawar bekerja baik pada kulit kering dan yang mengalamai penuaan, maupun pada kulit yang berminyak, dan rentan terhadap jerawat. Air mawar memiliki astringen yang berkhasiat seperti tonik yang membantu mengurangi kemerahan akibat pembesaran Kapiler Darah.
  • Manfaat Air Mawar memberi efek menenangkan
Air mawar memiliki efek menenangkan dan telah digunakan untuk mengobati penyakit jantung, stres, ketegangan saraf, psikosomatik seperti stres akibat tukak lambung

AIR ION PERAK (Ag+) atau AIR ION SILVER
AIR ION PERAK (Ag+) atau AIR ION SILVER adalah air tanpa bau, tawar dan tidak pedas, tidak berbahaya untuk mata, tidak ada radikal bebas, tidak berbahaya untuk manusia dan tidak memiliki reaksi dengan obat lain.
Manfaat ion perak
  • Membantu dalam regenerasi sel yang rusak, membantu mencegah demam, flu dan penyakit yang disebabkan oleh organisme baik bakteri, jamur , parasit, dan virus.
  • Ion perak Membunuh dan melawan virus, bakteri, parasit, jamur hingga 650 jenis dalam waktu 6 menit! ANTIBIOTIK hanya mampu 7 jenis saja.
  • Partikel Ion perak dikembangkna oleh NASA sebagai suplement untuk menjaga kesehatan Astronot saat berada diluar angkasa, kini ION Perak dikembangkan di indonesia menggunakan nano teknologi dari jerman.
Ion Perak yang aman bagi WANITA HAMIL, perawatan dan kesembuhan terhadap penyakit, bahkan janin dalam pertumbuhan dan kesehatan.
Manfaat Serum Vitamin C
  • Mencegah radikal bebas yang berasal dari debu, asap dan sinar matahari sehingga penuaan pada kulit dapat diperlambat
  • Mengurangi kerutan pada kulit wajah dan mengurangi kantung mata
  • Mencerahkan warna kulit sehingga wajah tampak lebih putih dan bercahaya serta tidak kusam.

CARA PEMAKAIAN TERAZTEE BIO SPRAY – MSI Bio Spray

Tidak ada aturan khusus dalam pemakaian MSI Bio Spray, hanya saja ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam pemakaiannya.
  1. Sebaiknya bersihkan wajah dengan air biasa dan pastikan kulit Anda dalam kondisi kering dan bersih.
  2. Pastikan kulit Anda bebas dari bahan kosmetik apapun, termasuk pelembab dan foundation.
  3. Semprotkan merata keseluruh wajah Anda, dan biarkan hingga mengering dengan sendirinya.
  4. Setelah pemakaian, bagi wanita boleh menggunakan kosmetik yang biasa Anda pakai.


     Harga 50.000/pcs (belum Termasuk Ongkos Kirim)

SABUN BERAS THAILAND K-Brothers Original

SABUN BERAS THAILAND
K-Brothers Original


Sabun Beras Thailand adalah produk impor dari Thailand. Best Seller di negara Thailand yang terkenal dengan salah satu sumber beras terbaik di dunia. Sabun Beras Thailand atau Sabun Beras Susu Thailand sesuai untuk semua jenis kulit. Rahasia turun temurun dari orang Thai dalam penjagaan kulit.

Dengan “Sabun Beras Thailand” Kulit Menjadi Putih, Bersih dan Mulus!!



Sabun Beras Thailand adalah sabun kecantikan yang sangat baik untuk wanita yang mempunyai kulit  bermasalah, bintik-bintik hitam, kusam, berkedut, kering atau masalah resdung. Menggunakan kosmetik yang terkenal dan mahal belum tentu dapat memenuhi harapan anda. Bahkan beberapa sabun pembersih muka menjadikan kulit kering, tumbuh lebih banyak jerawat dan biasanya tidak membantu menyehatkan kulit anda. Mereka yang berkulit sensitif, mereka biasanya sangat berhati-hati dalam memilih bahan kecantikan karena kebanyakan produk penjagaan kulit muka mengandung bahan kimia.

Bagaimana Cara Penggunaan dan Manfaat Sabun Beras Thailand??

Penggunaan Sabun Beras Thailand sangat mudah, cukup dipakai seperti sabun biasa ketika mandi. Dalam 2 menit, kulit akan menjadi bersih, halus , lembut dan segar. Tanpa bahan kimia menjadikan produk ini tidak membuat kulit rusak / kering. Tidak ada efek negatif untuk penggunaan Sabun Beras Thailand untuk kulit walaupun digunakan dalam jangka waktu lama. Bahkan sangat dianjurkan untuk di gunakan secara rutin.

Sabun Beras Thailand dibuat secara alami, 100% Original. Produk ini di buat dari beras melati dan susu. Beras melati yang digoreng terlebih dahulu menjadikan ia berbau wangi dan harum. Sering memakainya menjadikan kita tidak serasa sangat percaya diri karena efek postifnya yaitu memutihkan wajah. Membantu anda secara alami memutihkan dan mencerahkan dan tidak membuat kering kulit anda.
STOK READY SABUN BERAS THAILAND K.BROTHERS KAMI, ORIGINAL GUARANTEED!!!
Keunggulan sabun beras thailand ini :
– aman dan tidak mengandung mengandung bahan kimia
– sesuai untuk semua jenis kulit termasuk kulit kering dan sensitif
– dapat digunakan pada kulit wajah maupun badan
Fungsi untuk kulit wajah:
• khasiat susu dan beras membuatkan kulit muka anda lebih cerah dan lembut
• menghilangkan semua kotoran, minyak, dan sel kulit mati
• membantu menghilangkan jerawat & kulit berminyak
• bisa digunakan sebagai pencuci muka untuk membersihkan make up pada kulit wajah
Fungsi untuk kulit tubuh:
• menghilangkan bekas hitam di ketiak, siku dan selangkangan paha, dll.
• memberi kesegaran sepanjang hari
• menghilangkan bau badan
Cara penggunaan Sabun Beras Thailand:
• gosok seperti pencuci muka dan sabun badan selama 2-3 menit kemudian bilas.
• gunakan pada muka & badan setiap hari untuk hasil yang memuaskan.
Directions: Oleskan Sabun Beras Thailand pada wajah atau tubuh selama pembersihan rutin harian, pijat perlahan selama 2-3 menit, kemudian bilas. Vitamin dan mineral dalam susu akan memelihara kulit Anda. Memberikan kulit perawatan pelembab setiap kali Anda menggunakan sabun.
Bahan Aktif: Susu Rice Extract, Vitamin B3, Vitamin E, minyak zaitun, Minyak Sawit, Gliserin Alam
Formula: 100% Beras susu sabun untuk semua jenis kulit 


Harga
1 pcs       = Rp. 10.000,-
3 pcs       = Rp. 25.000,-
6 pcs       = Rp. 45.000,-
12 pcs     = Rp. 80.000,-
24 pcs     = Rp. 140.000,-
Harga belum termasuk ongkos kirim

Untuk Pemesanan Silahkan Hub.
Pin BB     : 7401F64D

SMS/TLP : 083807742816


Thursday, August 6, 2015

Rindu

sisa hujan semalam menyisakan tanah basah
teringat kau yang bersemayam di bawah tanah merah
gusar pilu sedih beradu gundah
aku masih ingin marah
bodoh menyalahkan Tuhan yang telah bertitah
makammu tak bernisan
agar tak meninggalkan kenangan
begitu katamu
lantas bilamana kinasih ini merindu
kau bilang lupakan
bisakah langit menolak awan
tidak tuan
jawabku sendu
kemudian di kelopak sayu
air mata berjatuhan
hapus kinasih, hardikmu
jangan biarkan rindu mengusik tentramu
kita sudah berbeda alam kinasih
apabila sabda-Nya bertatih
apa kita sanggup merepih
kemboja yang tubuh di atas pekuburan batu
petiklah barang satu
hirup wanginya bila rindu menderu
balik aku bertanya
pada jasadmu yang terbaring merana
apakah cukup menghapus rasa
engkau ini kinasih
lagi jawabmu lirih
bukankah akar yang melesat dalam tanah
apakah kau tahu kemana akarnya entah
antara seribu akarnya menusukku
tepat pada hati yang telah beku
dan lewatnya cintaku tetap tumbuh
meski jasadku tak lagi utuh
dan lagi wangi itu kamboja
bukankah sama dengan wangi cinta kita
tak usah hatimu kelam

terima kinasih kita sudah berbeda alam

Wednesday, August 5, 2015

Surau Penghadir Rindu

            Al-iman begitulah nama surau itu, surau kecil di tengah kampungku. Desa mungil di kaki lawu. Aku tak tahu betul kapan surau itu ada namun, sejak berumur lima tahun sepertinya kaki mungilku sudah menapakinya. Iya bersama dengan kakakku tercinta. Belajar mengaji bila maghrib telah usai dan akan beranjak pulang ketika isya telah ditunaikan.
            Bukan tentang masjid mewah, mungkin hanya surau yang jauh dari kata megah. Begitulah. Bukan keramik, marmer ataupun batu pualam, hanya sebuah ubin yang sudah kusam. Namun sepertinya surau kami ramai di kunjungi, berbeda seperti sekarang sepi. Entah. Apa mungkin karena bangunan yang berganti, atau keadaan hati manusia yang semakin mati. Seiring kemajuan jaman. Ironi. Dimana surau kecil berubah jadi masjid mewah, namun justru iman penduduknya makin melemah. Biarlah. Bukan hakku menyalahkan mereka, karena aku sendiripun mulai jauh darinya.
            Ketika aku menapaki lantainya yang telah berumah menjadi keramik, bayang-bayang diri kecil masih mengulik. Jelas kuingat bagaimana barisan anak-anak yang mengantri belajar mengaji. Semangat mereka. Bagaiamana Ahmadi, usianya belum genap lima, namun suaranya bila mengaji, menggema memenuhi setiap sudut ruang surau kami. Hambali, menginjak usianya yang ke delapan, namun otaknya sudah penuh dengan hafalan Al-qur-an. Fatimah, gadis yatim tak berayah, namun sosoknya kadang membuat kami terperangah, bagaimana tidak. Usianya sepuluh tahun, namun semangat mengajinya yang tekun. Bila siang hari berangkat sekolah menjinjing kerangjang, berisi kue dan gorengan bukan sekedar menambah penghasilan. Rutinitas seperti itu seperti menjadi pekerjaan untuk agar kebutuhan ibunya tak berkekurangan. Anak sekarang ? Jangan di bandingkan.
            Sepertinya butiran mutiara tiba-tiba jatuh dari sudut kelopak mata. “Ramdani, kemana engkau selama ini?” Sepertinya dinding surameu itu memanggil-manggil namaku. “ Kenapa engkau melupakan aku, apa kemegahan kota menjadikanmu terlena? Sepertinya lantai surau itu bertanya. “ Tuhan rindu padamu Ramdani, rindu akan suara alunan adzanmu yang merdu. Kemana semua itu?
            Hanya diam, dalam sujudku ada air mata yang tak bisa aku tahan. Sadar betul betapa diriku telah jauh dari Tuhan. Larut dalam dunia yang melenakan. Bukankah manusiawi? Bila hidup senang, Tuhan dilupakan? Bila di rundung masalah pelik, Tuhan di salahkan? Ah jahanam kau manusia jalang. Aku menghardik diriku sendiri.
            “ Sekarang aku kembali Al-Iman, meski tak ada lagi kaki mungil seperti dulu, sosok Ramdani menjelma menjadi pria garang penuh tato di bahu. Masihkah kau mengenaliku? Sampaikan pada Tuhan, aku ingin dekat dengan-Nya. masihkah aku diterima. Al-Iman. Begitu bisikku lirih. Aku malu pada Tuhan. Bisakah engkau menyampaikan rasaku. Layakkah aku menerima ampunan. Sedangkan dosa-dosaku sudah seperti buih di lautan. Aku Bajingan.
            Biarlah berjuta mata-mata picik seakan menghardik. Begitulah manusia, seolah-olah mampu menjadi hakim bagi manusia lainnya. Ada yang bilang diriku tak patut kembali ke sini. Al-Iman, suara kecil yang membesarkan diriku dengan ilmu agama yang telah lama kulupakan. Namun bagi Tuhan, raja dari semesta alam, Dialah yang berhak akan segala ampunan. Meski dosa manusia sebesar Gunung Lawu yang ada di kotaku, di tambah dengan tingginya Gunung Semeru yang nampak membiru. Sang pendosa berhak akan ampunan.

            Al-Iman terima kasih kau tak mengusirku. Entah udara apa yang engkau ramu dalam ruang, sehingga suasana di bawah atapmu sepertinya begitu tenang. Surau kecil penghadir rindu.

Tuesday, August 4, 2015

Redup Di Awal Senja Part 2

Ketika hati siap menerima cinta
Sisakan sedikit ruang di dalamnya
Lantas untuk apa
Untuk menerima luka

            Tiga tahun sudah aku menjalani cinta terlarang dengan Andika, dan mungkin bisa di bilang hanya satu bulan sekali kita berjumpa. Kesibukan selalu menjadi alasannya.
            Entahlah seiring berjalannya waktu, aku merasakan begitu banyak kejanggalan. Cinta yang terjalin antara aku dengan Andika bukan cinta yang tulus. Mungkin bisa dibilang hanya berlandaskan nafsu. Aku yang belum mengerti benar tentang cinta, apalagi dengan cinta yang bertabrakan dengan norma. Mungkin hanya aku saja yang dimabuk cinta. Sedang baginya aku hanya sebagai pelampiasan nafsunya.
            Semakin hari semakin dia menghilang dariku. Alasan sibuk dengan kuliahnya, sibuk dengan pekerjaannya. Lantas yang menjadi sebuah pertanyaan apakah kesibukan yang mengendalikan kita? Jika dia benar mencintaiku pasti dia akan menyempatkan untuk memberi kabar padaku. Meski hanya sekedar membalas satu sms. Sebetulnya itu sudah cukup bagiku. Apakah dalam 24 jam dia tidak ada jam makan, atau tak ada waktu buat mengistirahatkan badan. Apakah dalam 24 jam itu dia habiskan untuk kuliah dan pekerjaan?.
            Pertanyaan-pertanyaan itu selalu mengisi benakku, namun selalu aku coba untuk melawan. Mencoba berbaik sangka. Lantas apa yang aku dapatkan, hanya sakit hati yang sulit aku ceritakan.
            Kisah cinta pertama yang aku kira berujung bahagia, lantas menyeret diriku pada luka akibat cinta. Tiga bulan sudah dia tak ada kabar. Dan bagai petir yang menyambar, mendengar dia sudah ada pacar? Lantas inikah balasan dari sebuah ketulusan.
            Memang aku tak menghubungi dia lagi, cukup foto-foto dia bersama orang lain di tahun baru 2012, menjadi saksi cintaku yang kandas. Terlebih sosok dalam foto bersama dirinya itu tak asing bagiku. Ah, ternyata kakak kelasku dulu di SMK juga. Kalau Andika 2 tingkat diatasku, dirinya hanya satu tingkat diatasku.
            Aku yang semula diam dan tak ingin tahu, lantas mencari kebenaran. Aku buat aku facebook palsu. Aku kirim undangan pertemanan kepada Ferdi. Lelaki yang bersama Andika itu. Begitu tercengannya aku melihat banyak foto Ferdi dengan Andika. Foto sudah sejak beberapa tahun lalu. Berarti selama denganku, diapun menjalin hubungan dengan Ferdi.
            Sepertinya aku harus belajar tentang percintaan kaum gay di Ibukota. Bangkit dari rasa kecewa, aku semakin banyak membaca artikle tentang hubungan asmara sesama pria. Banyak aku baca, kehidupan asmara kaum pelangi tak mengenal kata setia. Jangan main hati. Begitu kata Louis, sahabat dunia maya yang aku temui di akhir tahun 2012.
            Begitu pula nasehat dari sepupuku Ari yang juga senasib denganku. Mencintai sesama. Dia selalu menekankan jangan main hati dalam dunia kaum pelangi. Cinta selalu datang dan pergi, toh pada kehidupan percintaan yang normalpun putus bercinta itu sudah biasa. Apalagi kehidupan kita yang  melawan tradisi, jangan mengharap kisah cinta yang indah seperti Romeo and Juliet, atau kisah cinta dalam film Titanic. Jangan berkhayal memiliki cinta abadi seperti dalam dongeng ataupun novel-novel. Ini dunia kenyataan bukan negeri khayalan. Begitu katanya.

            Namun aku tetap memegang sebuah ketulusan. Aku tetap percaya bahwa suatu saat akukan mendapatkannya. Bila kita setia, maka akan mendapatkan pasangan yang setia. Ketika kita memberikan ketulusan, maka akan ada ketulusan yang berbalik pada kita.

Sesuai sabda alam
Baik mendapatkan yang baik
Setia bersandingkan yang setia
Dan apa yang akan kita petik
Sesuai apa yang kita tanam

Sunday, August 2, 2015

Redup Di Awal Senja Part 1

Cinta pertama
Wajahnya tak pernah terlupa
Mengusik hari-hari
Dan terbawa ke alam mimpi

            Dialah pemuda bernama Andika, aku mengenalnya bukan di kota Jakarta ini. Dia kakak kelasku sewaktu SMK di kota Magetan dahulu. Namun karena dulu aku hidup di kota kecil. Bahkan bisa dibilang aku terlahir sebagai anak kampung. Bagaimana pandangan orang-orang kampung sewaktu itu. Untuk pacaran dengan wanita saya sudah menjadi bahan gunjingan sebagian besar orang. Ada saja kata tetangga yang aku dengar saat temanku Eki pacaran dengan Ririn.
Salah satu celetuk tetanggaku,” cilik-cilik kok wis pacaran, gedhe arep dadi opo.”[1]
            Hal inilah yang terkadang membuat aku tak nyaman dengan kehidupan desa. Kita baikpun jadi bahan gunjingan, apalagi kalau kita ini bajingan. Tapi memang aku selalu merindukan kehidupan desa, yang identik dengan gotong-royong masyarakatnya dan rasa kepedulian antar sesama yang tak bisa aku dapatkan dari masyarakat kota yang hidup dengan individualisme.
            Kehidupan kota Jakarta yang identik dengan kebebasan, menyeretku pada sebuah pergaulan yang bisa dibilang aku penganut paham kebebasan. Aku yang terlahir suka akan teknologi, sudah mengenal jejaring sosial dan chating. Mungkin berbeda dengan kebanyakan teman-temanku saat itu. 2009 aku sudah mengenal facebook dan yahoo messenger. Dan lewat jejaring sosial inilah aku dapat kontak Andika lagi.
            Seperti mendapat sebuah jalan, berawal dari perbincangan santai, bercanda mengingat masa-masa sekolah akhirnya membuat aku dan Andika akrab. Dan akupun mengutarakan perasaanku padanya.
            “Mas ada sesuatu hal privasi yang ingin aku ceritakan,” begitu kataku.
Dan Andikapun menjawab, “ sudah cerita saja gak usah sungkan begitu”.
“Isin ki mas,” balasku.[2]
            Dan dia mendesak diriku untuk cerita sejujurnya. Dengan mengambil nafas dalam dalam, perlahan aku mengutarakan bahwa aku penyuka sesama jenis. Sungguh tak ku sangka kalau dia memberikan respon positif padaku. Dia mengatakan kalau cinta tidak mengenal suku, agama, usia bahkan jenis kelamin. Perasaan cinta itu adalah hak setiap orang dan mereka berhak memperjuangkannya.
            Lantas ketika aku mengutarakan bahwa pria yang aku cintainya itu adalah dirinya, apakah dia marah atau membenciku? Ternyata tidak, dia bersikap biasa saja, malah aku diajak main kerumahnya di daerah Jatibening. Dia ingin mendengar ceritaku lebih banyak.
            Awal februari 2010, aku sempatkan main ke tempat dia. Sabtu sore itu aku terlalu bersemangat. Aku ingin pekerjaanku hari itu cepat selesai. Jam 4 sore selepas kerja, aku langsung mandi dan berangkat dari Cengkareng menuju Jatibening. Ya ingat betul aku menaiki bus mayasari jurusan Bekasi, turun di pintu Tol Jatibening.
            Tak menunggu lama dia datang menjebutku dengan mobilnya APV. Dibukakannya pintu untukku dan segera bergegas menuju rumahnya. Sampai dirumahnya, cuma ada kami berdua, ibunya tidak pulang. Tidur di toko katanya.
Semakin leluasa untuk kami berbagi cerita. Dan selepas makan malam, segera masuk ke kamar dan nonton tv bersama.

Dan seperti ruang hampa
Diam tanpa ada sepatah kaya
Apakah ini yang dinamakan cinta
Ketika sang pecandunya berjumpa
Lantas sampai kapan kita membisu
Lirik matamu padaku
Sudah cukup membunuh segala rindu
Lantas dimana rencana yang tersusun sebelum perjumpaan
Kenapa diam yang menghiasi pertemuan

            “Kenapa diam saja, katanya mau cerita?” tanyamu mengagetkan lamunanku. Namun aku masih saja membisu. Sudah tak ada kata yang mampu aku utarakan. Biarlah tatapan yang akan menceritakan bahwa aku mencintaimu. Tiba-tiba saja ciuman mendarat di bibirku. Dan malam itu menjadi saksi percintaan yang semestinya tak pernah terjadi.
            Malam sudah berlalu, ternyata sepanjang malam aku tidur pulas di dadanya yang bidang. Sungguh begitu nyaman. Seperti pengembara yang dilanda dahaga, aku sudah menemukan telaga. Segala rasa yang tersimpan rapat dalam-dalam, hari ini telah tercurahkan. Meskipun berwujud cinta terlarang. Biarlah.
            Hari-hari yang kulalui kala itu sungguh diluar dugaan. Meskipun hanya bertemu di akhir minggu. Namun cukuplah mengobati segala rindu yang menggebu. Meski harus menempuh jarak Jakarta Barat – Bekasi, namun takkan menghalangi aku menemui sang pujaan hati. Ya lebih banyak aku menghabiskan malam minggu di tempat dia, karena di Jakarta aku tinggal bersama kakakku. Jadi aku lebih suka bermain ke tempat dia. Di sana kami bebas bercumbu rayu. Karena di setiap akhir minggu ibu dia jarang pulang ke rumah. Menginap di toko. Ibunya memiliki toko bunga di daerah Kalibata. Hanya sesekali saja aku mimpir ke tempat dia. Dan akupun akrab dengan ibunya. Sedang kepada kakakku aku bilang main ke tempat teman SMK dulu. Dan tak ada kecurigaan dari kakakku.
Semakin bebaslah kisah cinta yang aku rajut dengan Andika.

Dan malam itu
Pertemuan insan yang dimabuk cinta
Bersama angin menderu rindu
Waktu mengijinkan bertemu
Bak mendapat restu sang alam
Rindu terkoyak hanya satu malam



[1] “kecil-kecil kok sudah pacaran, besar mau jadi apa”.
[2] “malu mas”.

Saturday, August 1, 2015

Bintang Senja

Semula kita adala kertas kosong
Apapun yang kita kerjakan
Akan mengisi kertas itu
Menjadi serangkaian cerita
Yang bernamakan kehidupan

          Bintang Senja, begitulah nama yang melekat dalam diriku. Entah aku tak mengerti mengapa orang tuaku memberikan nama itu. Mungkin beberapa orang berkata nama adalah sebuah pengharapan. Mungkin orang tuaku mengharapkan kehadiranku di dunia ini kelak mampu bersinar terang laksana bintang yang menghiasi malam. Entahlah, bagiku apalah arti dari sebuah nama, yang terpenting adalah apa yang mampu kita berikan untuk kehidupan. Apakah kehidupa kita berharga bagi sesama, atau hanya menimbulkan bencana.
            Sejak lulus SMK 2009 lalu, aku merantau ke Jakarta. Banyak orang berkata, “ Kejamnya Ibukota melebihi ibu tiri”. Begitupun yang aku rasakan. Sejak awal aku menginjakkan kakiku di kota ini aku sudah mengalami pahit dan getirnya kehidupan. Berawal dari kerja di bengkel, yang sebenarnya tidak aku sukai, namun semua aku lakukan demi satu kata “ keluarga”.  Semua  berlawanan dengan diriku yang berjiwa lemah lembut.
            Memang sebagai sosok pria, aku memiliki perawakan yang bisa dibilang lumayan. Kulit coklat sawo matang, dengan bibir yang selalu dihiasi senyuman. Sebagai keturunan jawa yang selalu diajari kesopanan, banyak wanita yang menjadikanku lirikan. Badanku yang cukup kekar, bagi gadis-gadis mungkin aku layak dijadikan sebagai sosok pasangan.
            Namun tidak memungkiri, dalam segala sosokku itu, banyak sifat yang aku sembunyikan. Sifat wanita yang identik dengan lemah lembut, hati yang sensitif semua ada pada diriku. Mungkin semua karena dari masa kecil aku selalu dekat dengan ibu. Sehingga aku tak tertarik sama sekali dengan makhluk yang bernama perempuan. Bilapun ada kedekatan, itu hanya sebatas teman.
            Sampai saat itu, di umurku yang menginjak 24, dan sudah hampir lima tahun aku di kota Jakarta ini, banyak sekali gadis yang mencoba mendekatiku. Akupun mencoba merespon mereka, namun rasa apa yang aku dapat?, Ya, sebuah perasaan yang aku bilang hambar, akhirnya aku menjauhi mereka perlahan. Mungkin hubungan aku bisa dibilang dekat, namun aku menganggap mereka selayaknya adik.
            Dan kenyataannya malah aku memilih lelaki, entah mengapa aku menemukan sosok yang aku dambakan. Merasa aku dilindungi dengan pelukan hangat yang aku dapatkan. Entahlah. Aku tahu jalan aku ini salah, namun bukankah sebuah perasaan cinta itu anugrah. Tuhan yang menurunkan rasa cinta sebagai hadiah. Seperti lirik lagu yang selalu aku dengar sejak kecil, “ Renungkanlah”.

Rasa cinta pasti ada
Pada makhluk yang bernyawa
Sejak lama hingga kini
Tetap suci dan abadi
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Renungkanlah

Perasaan insan sama
Ingin cinta dan dicinta
Bukan ciptaan manusia
Tapi takdir yang kuasa
Janganlah engkau pungkiri
Segala yang Tuhan beri

            Aku percaya, meskipun perasaan cinta yang Tuhan beri kepadaku ini salah. Aku tetap menerimanya sebagai anugrah dari-Nya. Di awal memang aku merasa tak menerima keadaan diriku, namun perlahan aku mulai menerima keadaan, bahwa aku mencintai gay. Aku akan terima semua penolakan, dan memang itu adalah konsekuensi dari sebuah pilihan. Terpenting dalam hidupku, meskipun aku gay, ini hanyalah soal orientasi seksual. Bagiku selama tidak mengganggu diriku untuk maju. Tetap fokus pada tujuanku dan masa depanku. Selama aku bisa hidup bersosial dengan baik. Sudah cukup bagiku.
            Sebagai manusia yang beriman, aku tetap menjalankan kewajibanku kepada Tuhan. Aku tetap sholat lima waktu, mengaji dan puasa semampuku. Entah banyak cibiran orang yang bilang apakah ibadahku diterima, cukuplah itu menjadi pertanggung-jawabanku kelak kepada-Nya. apakah kalian manusia pantas menghakimiku?
            Di tengah hinaan yang mendera, aku tetap optimis mewujudkan satu cita-cita. Aku ingin memasuki industri perfilman Indonesia. Entah kenapa dari kecil aku melirik dunia entertaiment. Dan aku berharap bisa mewujudkan harapan itu.
Meski harus menempuh jalan berliku, apapun itu tak menyurutkan langkahku.
Bukankah hari-hari selalu berisi harapan
Selama ada keyakinan
Ada doa yang dipanjatkan
Impian adalah kenyataan
Penuh rasa percaya
Dalam menggapai cita
Hingga tiba masa senja