sisa
hujan semalam menyisakan tanah basah
teringat
kau yang bersemayam di bawah tanah merah
gusar
pilu sedih beradu gundah
aku
masih ingin marah
bodoh
menyalahkan Tuhan yang telah bertitah
makammu
tak bernisan
agar
tak meninggalkan kenangan
begitu
katamu
lantas
bilamana kinasih ini merindu
kau
bilang lupakan
bisakah
langit menolak awan
tidak
tuan
jawabku
sendu
kemudian
di kelopak sayu
air
mata berjatuhan
hapus
kinasih, hardikmu
jangan
biarkan rindu mengusik tentramu
kita
sudah berbeda alam kinasih
apabila
sabda-Nya bertatih
apa
kita sanggup merepih
kemboja
yang tubuh di atas pekuburan batu
petiklah
barang satu
hirup
wanginya bila rindu menderu
balik
aku bertanya
pada
jasadmu yang terbaring merana
apakah
cukup menghapus rasa
engkau
ini kinasih
lagi
jawabmu lirih
bukankah
akar yang melesat dalam tanah
apakah
kau tahu kemana akarnya entah
antara
seribu akarnya menusukku
tepat
pada hati yang telah beku
dan
lewatnya cintaku tetap tumbuh
meski
jasadku tak lagi utuh
dan
lagi wangi itu kamboja
bukankah
sama dengan wangi cinta kita
tak
usah hatimu kelam
terima
kinasih kita sudah berbeda alam
No comments:
Post a Comment