Thursday, August 6, 2015

Rindu

sisa hujan semalam menyisakan tanah basah
teringat kau yang bersemayam di bawah tanah merah
gusar pilu sedih beradu gundah
aku masih ingin marah
bodoh menyalahkan Tuhan yang telah bertitah
makammu tak bernisan
agar tak meninggalkan kenangan
begitu katamu
lantas bilamana kinasih ini merindu
kau bilang lupakan
bisakah langit menolak awan
tidak tuan
jawabku sendu
kemudian di kelopak sayu
air mata berjatuhan
hapus kinasih, hardikmu
jangan biarkan rindu mengusik tentramu
kita sudah berbeda alam kinasih
apabila sabda-Nya bertatih
apa kita sanggup merepih
kemboja yang tubuh di atas pekuburan batu
petiklah barang satu
hirup wanginya bila rindu menderu
balik aku bertanya
pada jasadmu yang terbaring merana
apakah cukup menghapus rasa
engkau ini kinasih
lagi jawabmu lirih
bukankah akar yang melesat dalam tanah
apakah kau tahu kemana akarnya entah
antara seribu akarnya menusukku
tepat pada hati yang telah beku
dan lewatnya cintaku tetap tumbuh
meski jasadku tak lagi utuh
dan lagi wangi itu kamboja
bukankah sama dengan wangi cinta kita
tak usah hatimu kelam

terima kinasih kita sudah berbeda alam

No comments:

Post a Comment