Tuesday, August 4, 2015

Redup Di Awal Senja Part 2

Ketika hati siap menerima cinta
Sisakan sedikit ruang di dalamnya
Lantas untuk apa
Untuk menerima luka

            Tiga tahun sudah aku menjalani cinta terlarang dengan Andika, dan mungkin bisa di bilang hanya satu bulan sekali kita berjumpa. Kesibukan selalu menjadi alasannya.
            Entahlah seiring berjalannya waktu, aku merasakan begitu banyak kejanggalan. Cinta yang terjalin antara aku dengan Andika bukan cinta yang tulus. Mungkin bisa dibilang hanya berlandaskan nafsu. Aku yang belum mengerti benar tentang cinta, apalagi dengan cinta yang bertabrakan dengan norma. Mungkin hanya aku saja yang dimabuk cinta. Sedang baginya aku hanya sebagai pelampiasan nafsunya.
            Semakin hari semakin dia menghilang dariku. Alasan sibuk dengan kuliahnya, sibuk dengan pekerjaannya. Lantas yang menjadi sebuah pertanyaan apakah kesibukan yang mengendalikan kita? Jika dia benar mencintaiku pasti dia akan menyempatkan untuk memberi kabar padaku. Meski hanya sekedar membalas satu sms. Sebetulnya itu sudah cukup bagiku. Apakah dalam 24 jam dia tidak ada jam makan, atau tak ada waktu buat mengistirahatkan badan. Apakah dalam 24 jam itu dia habiskan untuk kuliah dan pekerjaan?.
            Pertanyaan-pertanyaan itu selalu mengisi benakku, namun selalu aku coba untuk melawan. Mencoba berbaik sangka. Lantas apa yang aku dapatkan, hanya sakit hati yang sulit aku ceritakan.
            Kisah cinta pertama yang aku kira berujung bahagia, lantas menyeret diriku pada luka akibat cinta. Tiga bulan sudah dia tak ada kabar. Dan bagai petir yang menyambar, mendengar dia sudah ada pacar? Lantas inikah balasan dari sebuah ketulusan.
            Memang aku tak menghubungi dia lagi, cukup foto-foto dia bersama orang lain di tahun baru 2012, menjadi saksi cintaku yang kandas. Terlebih sosok dalam foto bersama dirinya itu tak asing bagiku. Ah, ternyata kakak kelasku dulu di SMK juga. Kalau Andika 2 tingkat diatasku, dirinya hanya satu tingkat diatasku.
            Aku yang semula diam dan tak ingin tahu, lantas mencari kebenaran. Aku buat aku facebook palsu. Aku kirim undangan pertemanan kepada Ferdi. Lelaki yang bersama Andika itu. Begitu tercengannya aku melihat banyak foto Ferdi dengan Andika. Foto sudah sejak beberapa tahun lalu. Berarti selama denganku, diapun menjalin hubungan dengan Ferdi.
            Sepertinya aku harus belajar tentang percintaan kaum gay di Ibukota. Bangkit dari rasa kecewa, aku semakin banyak membaca artikle tentang hubungan asmara sesama pria. Banyak aku baca, kehidupan asmara kaum pelangi tak mengenal kata setia. Jangan main hati. Begitu kata Louis, sahabat dunia maya yang aku temui di akhir tahun 2012.
            Begitu pula nasehat dari sepupuku Ari yang juga senasib denganku. Mencintai sesama. Dia selalu menekankan jangan main hati dalam dunia kaum pelangi. Cinta selalu datang dan pergi, toh pada kehidupan percintaan yang normalpun putus bercinta itu sudah biasa. Apalagi kehidupan kita yang  melawan tradisi, jangan mengharap kisah cinta yang indah seperti Romeo and Juliet, atau kisah cinta dalam film Titanic. Jangan berkhayal memiliki cinta abadi seperti dalam dongeng ataupun novel-novel. Ini dunia kenyataan bukan negeri khayalan. Begitu katanya.

            Namun aku tetap memegang sebuah ketulusan. Aku tetap percaya bahwa suatu saat akukan mendapatkannya. Bila kita setia, maka akan mendapatkan pasangan yang setia. Ketika kita memberikan ketulusan, maka akan ada ketulusan yang berbalik pada kita.

Sesuai sabda alam
Baik mendapatkan yang baik
Setia bersandingkan yang setia
Dan apa yang akan kita petik
Sesuai apa yang kita tanam

No comments:

Post a Comment