Ketika hati siap
menerima cinta
Sisakan sedikit
ruang di dalamnya
Lantas
untuk apa
Untuk menerima
luka
Tiga tahun sudah aku menjalani cinta
terlarang dengan Andika, dan mungkin bisa di bilang hanya satu bulan sekali
kita berjumpa. Kesibukan selalu menjadi alasannya.
Entahlah seiring berjalannya waktu,
aku merasakan begitu banyak kejanggalan. Cinta yang terjalin antara aku dengan
Andika bukan cinta yang tulus. Mungkin bisa dibilang hanya berlandaskan nafsu.
Aku yang belum mengerti benar tentang cinta, apalagi dengan cinta yang
bertabrakan dengan norma. Mungkin hanya aku saja yang dimabuk cinta. Sedang
baginya aku hanya sebagai pelampiasan nafsunya.
Semakin hari semakin dia menghilang
dariku. Alasan sibuk dengan kuliahnya, sibuk dengan pekerjaannya. Lantas yang
menjadi sebuah pertanyaan apakah kesibukan yang mengendalikan kita? Jika dia
benar mencintaiku pasti dia akan menyempatkan untuk memberi kabar padaku. Meski
hanya sekedar membalas satu sms. Sebetulnya itu sudah cukup bagiku. Apakah
dalam 24 jam dia tidak ada jam makan, atau tak ada waktu buat mengistirahatkan
badan. Apakah dalam 24 jam itu dia habiskan untuk kuliah dan pekerjaan?.
Pertanyaan-pertanyaan itu selalu
mengisi benakku, namun selalu aku coba untuk melawan. Mencoba berbaik sangka.
Lantas apa yang aku dapatkan, hanya sakit hati yang sulit aku ceritakan.
Kisah
cinta pertama yang aku kira berujung bahagia, lantas menyeret diriku pada luka
akibat cinta. Tiga bulan sudah dia tak ada kabar. Dan bagai petir yang menyambar,
mendengar dia sudah ada pacar? Lantas inikah balasan dari sebuah ketulusan.
Memang aku tak menghubungi dia lagi,
cukup foto-foto dia bersama orang lain di tahun baru 2012, menjadi saksi
cintaku yang kandas. Terlebih sosok dalam foto bersama dirinya itu tak asing
bagiku. Ah, ternyata kakak kelasku dulu di SMK juga. Kalau Andika 2 tingkat
diatasku, dirinya hanya satu tingkat diatasku.
Aku yang semula diam dan tak ingin
tahu, lantas mencari kebenaran. Aku buat aku facebook palsu. Aku kirim undangan
pertemanan kepada Ferdi. Lelaki yang bersama Andika itu. Begitu tercengannya
aku melihat banyak foto Ferdi dengan Andika. Foto sudah sejak beberapa tahun
lalu. Berarti selama denganku, diapun menjalin hubungan dengan Ferdi.
Sepertinya aku harus belajar tentang
percintaan kaum gay di Ibukota. Bangkit dari rasa kecewa, aku semakin banyak
membaca artikle tentang hubungan asmara sesama pria. Banyak aku baca, kehidupan
asmara kaum pelangi tak mengenal kata setia. Jangan main hati. Begitu kata
Louis, sahabat dunia maya yang aku temui di akhir tahun 2012.
Begitu pula nasehat dari sepupuku
Ari yang juga senasib denganku. Mencintai sesama. Dia selalu menekankan jangan
main hati dalam dunia kaum pelangi. Cinta selalu datang dan pergi, toh pada
kehidupan percintaan yang normalpun putus bercinta itu sudah biasa. Apalagi
kehidupan kita yang melawan tradisi,
jangan mengharap kisah cinta yang indah seperti Romeo and Juliet, atau kisah
cinta dalam film Titanic. Jangan berkhayal memiliki cinta abadi seperti dalam
dongeng ataupun novel-novel. Ini dunia kenyataan bukan negeri khayalan. Begitu
katanya.
Namun aku tetap memegang sebuah
ketulusan. Aku tetap percaya bahwa suatu saat akukan mendapatkannya. Bila kita
setia, maka akan mendapatkan pasangan yang setia. Ketika kita memberikan
ketulusan, maka akan ada ketulusan yang berbalik pada kita.
Sesuai sabda alam
Baik mendapatkan yang baik
Setia bersandingkan yang setia
Dan apa yang akan kita petik
Sesuai apa yang kita tanam
No comments:
Post a Comment