Semula kita adala kertas kosong
Apapun yang kita kerjakan
Akan mengisi kertas itu
Menjadi serangkaian cerita
Yang bernamakan kehidupan
Bintang Senja,
begitulah nama yang melekat dalam diriku. Entah aku tak mengerti mengapa orang
tuaku memberikan nama itu. Mungkin beberapa orang berkata nama adalah sebuah
pengharapan. Mungkin orang tuaku mengharapkan kehadiranku di dunia ini kelak
mampu bersinar terang laksana bintang yang menghiasi malam. Entahlah, bagiku
apalah arti dari sebuah nama, yang terpenting adalah apa yang mampu kita
berikan untuk kehidupan. Apakah kehidupa kita berharga bagi sesama, atau hanya
menimbulkan bencana.
Sejak
lulus SMK 2009 lalu, aku merantau ke Jakarta. Banyak orang berkata, “ Kejamnya
Ibukota melebihi ibu tiri”. Begitupun yang aku rasakan. Sejak awal aku
menginjakkan kakiku di kota ini aku sudah mengalami pahit dan getirnya
kehidupan. Berawal dari kerja di bengkel, yang sebenarnya tidak aku sukai,
namun semua aku lakukan demi satu kata “ keluarga”. Semua berlawanan dengan diriku yang berjiwa lemah
lembut.
Memang sebagai sosok pria, aku
memiliki perawakan yang bisa dibilang lumayan. Kulit coklat sawo matang, dengan
bibir yang selalu dihiasi senyuman. Sebagai keturunan jawa yang selalu diajari
kesopanan, banyak wanita yang menjadikanku lirikan. Badanku yang cukup kekar,
bagi gadis-gadis mungkin aku layak dijadikan sebagai sosok pasangan.
Namun tidak memungkiri, dalam segala
sosokku itu, banyak sifat yang aku sembunyikan. Sifat wanita yang identik
dengan lemah lembut, hati yang sensitif semua ada pada diriku. Mungkin semua
karena dari masa kecil aku selalu dekat dengan ibu. Sehingga aku tak tertarik
sama sekali dengan makhluk yang bernama perempuan. Bilapun ada kedekatan, itu
hanya sebatas teman.
Sampai saat itu, di umurku yang
menginjak 24, dan sudah hampir lima tahun aku di kota Jakarta ini, banyak
sekali gadis yang mencoba mendekatiku. Akupun mencoba merespon mereka, namun
rasa apa yang aku dapat?, Ya, sebuah perasaan yang aku bilang hambar, akhirnya
aku menjauhi mereka perlahan. Mungkin hubungan aku bisa dibilang dekat, namun
aku menganggap mereka selayaknya adik.
Dan kenyataannya malah aku memilih
lelaki, entah mengapa aku menemukan sosok yang aku dambakan. Merasa aku
dilindungi dengan pelukan hangat yang aku dapatkan. Entahlah. Aku tahu jalan aku
ini salah, namun bukankah sebuah perasaan cinta itu anugrah. Tuhan yang
menurunkan rasa cinta sebagai hadiah. Seperti lirik lagu yang selalu aku dengar
sejak kecil, “ Renungkanlah”.
Rasa cinta pasti ada
Pada makhluk yang bernyawa
Sejak lama hingga kini
Tetap suci dan abadi
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Takkan hilang selamanya
Sampai datang akhir masa
Renungkanlah
Perasaan insan sama
Ingin cinta dan dicinta
Bukan ciptaan manusia
Tapi takdir yang kuasa
Janganlah engkau pungkiri
Segala yang Tuhan beri
Aku percaya, meskipun perasaan cinta
yang Tuhan beri kepadaku ini salah. Aku tetap menerimanya sebagai anugrah
dari-Nya. Di awal memang aku merasa tak menerima keadaan diriku, namun perlahan
aku mulai menerima keadaan, bahwa aku mencintai gay. Aku akan terima semua
penolakan, dan memang itu adalah konsekuensi dari sebuah pilihan. Terpenting
dalam hidupku, meskipun aku gay, ini hanyalah soal orientasi seksual. Bagiku
selama tidak mengganggu diriku untuk maju. Tetap fokus pada tujuanku dan masa
depanku. Selama aku bisa hidup bersosial dengan baik. Sudah cukup bagiku.
Sebagai manusia yang beriman, aku
tetap menjalankan kewajibanku kepada Tuhan. Aku tetap sholat lima waktu,
mengaji dan puasa semampuku. Entah banyak cibiran orang yang bilang apakah
ibadahku diterima, cukuplah itu menjadi pertanggung-jawabanku kelak kepada-Nya.
apakah kalian manusia pantas menghakimiku?
Di tengah hinaan yang mendera, aku
tetap optimis mewujudkan satu cita-cita. Aku ingin memasuki industri perfilman
Indonesia. Entah kenapa dari kecil aku melirik dunia entertaiment. Dan aku
berharap bisa mewujudkan harapan itu.
Meski harus
menempuh jalan berliku, apapun itu tak menyurutkan langkahku.
Bukankah hari-hari selalu berisi harapan
Selama ada keyakinan
Ada doa yang dipanjatkan
Impian adalah kenyataan
Penuh rasa percaya
Dalam menggapai cita
Hingga tiba masa senja
No comments:
Post a Comment