Saturday, September 10, 2016

Ratih

Sebut namanya Ratih, meski rambutnya semakin memutih, namun penantiannya tak pernah mengenal kata letih. Meski umurnya semakin udzur namun cinta yang ia miliki tak kenal luntur. Meskipun ia disakiti, meskipun sekarang ia di tinggalkan, namun pada kenyataan ia masih memegang kesetiaan. Penantian.

Sudah berapa puluh musim berganti, bahkan ia sudah tak mampu menghitungnya lagi, lelaki yang ia cintai pergi meninggalkannya dan tak pernah kembali lagi. Ia bahkan lupa, sebab terlalu lama, kini rindu yang di asuhnya kian menua seiring usianya yang makin renta.

Di gubuk tua menanti lelaki itu kembali. Mungkin sang waktu akan tega membiarkannya mati dengan memeluk cinta seorang diri.

No comments:

Post a Comment